Jumat, 12 Desember 2014

Manusia Dan Harapan Definisi Do'a, Kepercayaan, dan Kepercayaan yang meningkatkan Usaha

Pengertian Do’a
 
     Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i yang sebenanya.
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an banyak menyebutkan  pula bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul  bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).
Al-Qur’an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ar’af : 55-56).
Pengertian doa bagian dari ibadah adalah bahwa  kedudukan doa dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan mesjid. Doa adalah tiang penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan. Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan pertolongan  yang disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi.
  • Fungsi doa dalam kehidupan sehari-hari
  Walaupun secara kualitas doa disejajarkan dengan setengah ibadah wajib, tapi dari segi substansinya doa merupakan inti dari setiap ibadah yang kita lakukan kepada sang pencipta. Shalat yang kita lakukan terdiridari kumpulan doa, mulai dari awal takbir sampai salam, begitupun ibadah yang lain. Makanya tak salah kalau Rasullulah mengatakan bahwa doa adalah ruhnya ibadah. Tanpa doa ibadah tidak akan punya arti apa-apa.
Secara mendasar doa merupakan penghancuran nilai-nilai egoisme kemanusiaan yang selalu identik dengan kesombongan, keangkuhan dan merasa bahwa setiap keberhasilan adalah jerih payah sendiri tanpa menganggab adanya campur tangan Allah SWT sebagai Zat Pengatur. Keberhasilan selalu diidentikkan dengan kecerdasan kognitif semata, kesuksesan selalu dipahami sebagai jerih payah sendiri, disinilah celah tipuan
setan untu menggiring kita menjadi manusia yang mengingkari        nilai
ketuhanan. Dengan berdoa manusia diajarkan tentang satu hal, bahwa sebagi makhluk Allah kita memiliki sangat banyak kekurangan dan kelemahan, tanpa bantuan sang Khalik kita tidak akan bias memahami setiap kejadian di muka bumi ini. Manusia hanya sebutir kerikil di tengah samudera laupatan pasir, betapa kecil dan sangant dhaif. Maka tak salah jika Allah memberikan cap sombong kepada manusia ketika dia tidak berdoa sedikitpun sehabis melaksanakn shalat dan dalam  kegiatan           sehari-hari.
Kemudian, doa sangat berpengaruh terhadap sikap mental manusia yang merupakan unsur penting dalam meraih kebrhasilan. Seseorang yang bermental pantang menyerah tentulah dalamsetiap usaha akan selau berusaha keras. Ketika menghadapi setiap rintangan, dia hanya akan menganggabnya sebagai cobaan kecil dan merupakan anak tangga       untuk   meraih keberhasilan.
        Sebaliknya seseorang yang bermental korup sudah tentu setiap detik yang terlintas dalam pikirannya bagaimana hari ini mendapatkan uang yang banyak dan metode apalagi yang harus diterapkan. Ini merupakansikap pengecut, yaitu takut miskin dan sekaligus musyrik karena tidak percaya rezeki dari sang pencipta.  Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika sahabat datang menemui Rasulullah dan berkata: “ Ya Rasulullah saya terbelit hutang, tolonglah saya”, tak lama berselang sahabat lain juga dating dan mengadukan hal yang sama: “Ya Nabiyullah, saya tidak punya uang”.
         Selanjutnya kepada yang kedua Rasulullah memberikan sebuah kampak dan memerintahkan sahabat tersebut pergi mencari kayu bakar untuk dijual di pasar, sedangkan kepada sahabat yang pertama Rasulullah tidak memberi apa-apa kecuali hanya mengajarkansebuah doa untuk diamalkan: “Ya Allah aku berlindung dari perasaan gundah gulana, lilitan hutang, dan intimidasi orang-orang kuat”.
Dari penggalan hadist di atas mkengandung suatu pelajaran yang sangat dalam, bahwa ketika sahabat mengadukankondisinya yang paillit dan dililit hutang serta kesulitan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, secara gambling bias kita pahami pada intinya mereka berharap Rasulullah memberikan uang sesuai dengan kemampuan Beliau. Tapi diluar dugaan, Rasulullah tidakmemberikan uang, tapi hanya memberikan sebuah kapak dan sebuah doa.
Tentu saja bukan berarti Rasulullah tidak mau memberi uang, tapi Nabi ingin mendidik sahabat Beliau dengan memberikan pelajaran. Pertama, perilaku minta-minta adalah sifat yang dibenci Allah, karena merupakan perendahan harga diri di depan manusia, menghilangkan rasa malu, dan yang terpenting pasti kan membelenggu diri untuk kebiasaan buruk dan monoton, yaitu akan menjadi orang yang tidak mau berusaha. Seandainya Rasulullah waktu itu memberikan uangn, bukan tidakmungkin sahabat tersebut akan dating lagi ketika kembali kehabisan uang.
Kedua, Rasulullah ingin mendidik mental para sahabat Beliau dan kita umatnya agar jangan bermental rendah diridan selalu bergantung kepada orang lain walaupun itu saudara sendiri . ketika mental sudah terbiasa mengandalkan hutang, berarti kita sudah membelengu otak dan pikiran untuk tidak mau berusaha mendapatkan uang dengancara lain. Kalu kita kaitkan dengan kondisi politik di tanah air, hadist Rasulullah tersebut sangat perlu diaplikasikan. Pemerintah Indonesia sekarang ini mempunyai mental yang sangat rendah dan masih belum dewasa dalam beberapa tindakan politiknya. Yang dimaksud disini adalah mental selau mengandalkan hutang luar negeri. Setiap perencanaan keuangan negara untuk repelita ke depan terlalu memaksakan diri untuk melaksanakan proyek-proyek yang manfaatnya kurang dirasakan oleh masyarakat langsung, padahal kemampuan keuangan negara sangat minim, tapi tetap dilaksanakan dengan jalan mengandalkan hutang luar negeri. Padahal beban hutang negara sekarang ini sudah sangat berat.
Secara salah kaprah mereka berpikir, toh nanti yang akan memikirkan hutangnya bukan masa pemerintah sekarang tapi pemerintah yang akan dating. Sebuah mental yang tidak mau maju dan tidak mau berusaha sendiri untuk memnuhikebutuhan bangsa ini. Ditambah dengan mental yang ingin hidup mewah tanpa kerja keras. Paradigma berpikir mereka, setiap jabatan adalah uang, makin tinggi jabatan semakkin besar kemungkinan menjalani hidup mewah, tanpa memikirkan nasib rakyat yang mengantarkan mereka ke posisi tersebut.  Contoh yang reprensentatif adalah ketika usulan penggantian mobil dinas menteri dari jenis Volvo menjadi Kijang yang memberikan kenyamanan yang sama dengan tujuan agar lebih menghemat keuangan negara, tapi semua menteri pada saat itu menolak dan tetap memakai mobil mewah        tersebut.
Di akhir riwayat, kedua sahabat tersebut mendatangi Rasulullah kembali dan mengatakan bahwa mereka tidak punya hutang lagi dan sudah bisa memenuhi kebutuhanhidup sehari-hari. Hal ini menbuktikan bahwa doa dapat memberikan motivasi diri untuk melepaskan diri dari belenggu hutang yang merupakan sumber gundah gulana.
Pada akhirnya doa merupakan senjata orang beriman, yang berarti merupakan bekal dansekaligus teman untuk menghadapi kesulitan hidupyang kita temui. Karena Allah berjanji mengabulkan setiap doa hambanya di dunia dan di akhirat.

Kepercayaan

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
Ia tidak percaya pada diri sendiri.
Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.

Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya

       Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
    Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
     Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
     Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
       Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka    menolong, dermawan, dan sebagainya.
• mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
• menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.

MANUSIA DAN HARAPAN

Manusia Dan Harapan

 PENGERTIAN MANUSIA

         Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
         Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
  
PENGERTIAN HARAPAN

         Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Allah SWT.
         Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
         Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.
         Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.
  MANUSIA DAN HARAPAN

         Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
         Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.
         Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.
         Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Harapan apa yang baik
  2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
  3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai
         Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud.
      SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN

         Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
         Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
  1. Dorongan Kodrat
         Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.
          Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
  1. Dorongan Kebutuhan Hidup
         Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan.
         Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
         Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu :
  1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
  2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
  3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
  4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
  5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)                                      

Senin, 08 Desember 2014

IBD MINGGU KE 13 MANUSIA DAN KEGELISAHAN

B. KETERASINGAN
 
1. Pengertian Keterasingan
            Keterangan berasal dari kata “terasing” dan kata itu dari kata dasar “asing” berarti “sendirian, tidak dikenal orang”. Terasing berarti “disisishkan dari pergaulan”.
Jadi, keterasingan berate hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkannya seseorang dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari orang lain.
Terasing atau keterasingan adalah merupakan bagian hidup manusia terhadap kaum mukmin yang sedang berada ditemat pengasingan, jauh dari tanah airnya, yang belum pernah ia lihat sebelumnya, Allah SWT memberikan kesejukan hatinya dengan menunjukkan kiblat shalatnya.
Seperti Firman-Nya:
“Dan kepunyaan Allah-Lah timur dan barat maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah (kekuasaan Allah meliputi seluruh alam). Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah, 2:115)
Hamparan bumi yang luas adalah tempat bagi orang-orang mukmin untuk menyembah kepada Allah SWT. Karena dialah zat yang berhak disembah disetiap tempat berbagai penjuru dunia.

2.  Sebab-sebab Keterasingan
Orang hidup dalam keterasingan, pertama sifat-sifat atau sikap yang tidak dapat diterima dan kedua karena perbuatannya. Jadi keduanya juga karena perbuatan hanya berbeda sifatnya.
Bila kita simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1.      Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Perbuatan itu antara lain: mencuri, bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2.      Sikap rendah diri
Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah dan suka berkelahi. Sikap seperti ini, sebab takut terjadi konflik batin ataupun konflik fisik karena hal merupakan perbuatan anak kecil.
Sikap ini juga disebut sikap minder. Bukan orang lain yang memandang dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri. Sikap rendah diri itu ada sebab-sebabnya, mungkin cacat fisik, karena sosial ekonominya, rendah pendidikannya dank arena perbuatannya.

a.       Keterasingan karena cacat fisik
            Cacat fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing karena cacat fisik itu kehendak Tuhan. Namun manusia, lain jalan pikirannya, merasa malu anaknya atau cucunya yang cacat fisik, maka disingkirkan anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
            Seperti halnya dalam film “Detik-detik menyentuh kasih” seorang kakek malu melihat cucunya lahir dalam keadaan cacat kakinya, ia berusaha membunuh bayi itu dengan cara perlahan-lahan. Tetapi ibunya yang mengandung 9 bulan dengan penuh kasih saying, dengan diam-diam membawa lari anaknya ke sebuah desa jauh dari jauh dari pergaulan ramai.
            Anaknya di didik diajar membaca, menulis, berhitung dan ternyata anak tersebut mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan kaki buatan, ia dapat bersekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan akhirnya anak yang telah dewasa itu berhasil menjadi penulis yang baik.

b.      Keterasingan karena social ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugrahtuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan, tetapi orang tidak boleh merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang sangat rendah. Namun didalam kenyataan lain keadaanya. Orang-orang yang lemah ekonominya sering kali merasa rendah diri, akibat orang-orang yang kaya sering membanggakan kekayaanya, meskipun tidak disengaja.
            Seperti halnya dalam roman “Dian yang tidak kunjun padam karya st.Alisyahbana”, setelah cintanya kepada Molek ditolak oleh orang tua Molek R. Mahmud dan Cik Siti: Yasin mengasingkan diri dari pergaulan. R. Mahmud beranggapan bahwa selain rendah martabatnya juga miskin. Oleh karena merasa diri hanya sebagi penjual nanas, Yasin kecewa, ddan menyembunyikan diri sebagai pertapa. Ia muncul pada waktu Molek meninggal dunia. Yasin bekerja dengan giat, mengangkut air, dan menyediakan barang yang diperlukan untuk pemakaman Molek. Molek meninggal akibat putus asa, kecewa atas perbuatan suaminya, Sayid Mustafa keturunan Arab pilihan orang tuanya,

c.       Keterasingan karena rendah pendidikan
Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena serba sulit menempatkan diri.

d.      keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila nampak orang ingin mukanya ditutupi. Itu semua adalah akibat dari perbuaannya yang tidak bias diterima oleh masyarakat lingkungannya.

3.      Usaha-Usaha untuk Mengatasi Keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi juga karena rendah diri, perbuatan yang melanggar norma hukum. Pada hakikatnya sikap sombong, angkuh, kaku, rasa rendah diri orang takut kehilangan hsknya. Untuk mengatasi keterasingan ini perlu kesadaran yang tinggi’ Orang yang bersikap disadarkan, karerna apa yang mereka lakukan dianggapnya sudah benar semua. 

C. KESEPIAN
1.  Pengertian Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyilengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kenderaan, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Misalnya:
            Setelah tembakan gencar itu berhenti, tampak Jalanan sepi. Orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
            Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar, perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.

2.      Sebab-sebab Terjadinya Kesepian
            Bermacam-macam penyewbab terjadinya kesepian, frustasi pun dapat mengakibatkan kesepian yang bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidaksuka bergaul,ia kebih senang hidup sendiri.
            Kesepian itu akibat keterasingan dan keterasingan akibat sikap sombong, angkuh, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan.
            Kesepian juga disebabkan karena takut kehilangan hak nama baik. Nama baik merupakan harapan setiap orang. Bahkan orang takut matidemi menjaga nama baik. Meskipun sudah berhati-hati menjaganya mungkin juga oranng masih berbuat salah, sehingga cemar nama baiknya. Untuk ini, sering kali yang bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri, akibatnya kesepian.

D.. KETIDAKPASTIAN
1.Pengertian Ketidakpastian
            Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya), apa yang dipikirkannya tidak searah. Itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi.
            Ketidakpastian adalah bagian dari hidup manusia. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup. Setiap orang pernah mengalaminya, Bahkan anak kecilpun pernah mengalaminya. 
Misalnya:
            Ketika anak kecil ditinggalkan ibunya,ia menangis kebingungan.K ebingungan itu menunjukkan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
·         Sebab-sebab Terjadinya Ketidakpastian
   Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, logis ataupun mengambil kesimpulan. Dalam berpikir ia selalu menerima rangsangan (stimu.lus) dari luar, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau. Kalaupun ia dapat berpiki baik, akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Mereka menampakkan tanda-tanda obsesi, fobia/phobia, delusi, gerakan-gerakan gemetar (buyuten),kehilangan pengertian (aparia), kehilangan kemampuan untuk menangkap sesuatu (agnesia).
Menurut Siti Meichati  dalam bukunya kesehatan mental adda beberapa sebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti.
Sebab-sebab itu ialah sebagai berikut:
1.Obsesi
            Obsesi adalah gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab yang tak diketahui oleh penderita. Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan kita’
Contoh:
a.       Seorang kepala bagian suatu instansi karena kurang mampu bekerja selalu mempunyai ingatan pihak yang ingin menjatuhkannya.
b.      Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya yang bingin menjatuhkannya. Pikirannya itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi.

2. Phobia
            Phobia adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan, tidak normal, kepada suatu hal atau kejadian, tanpa diketahii sebab-sebabnya.
Contoh:
a.       Orang yang takut kepada tempat yang tinggi. Secara tidak disengaja, jalan naik tak terasa, sampai atas, ia takut luar biasa (Acrophobia)
b.      Ada pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada suatu hari dirumahnya ada pencuri, iaberteriak sehingga tetangga disekitarnya berlari datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul puluhan orang.  Herannya justru gemetaran, pucat, ketakutan luar biasa (Ochlophobia)
Orang yang dilanda ketakutan itu tidak dapat berfikir, pikirannya tidak pasti tidak menentu.

3.      Delusi
            Menunjukkan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyainan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat. Tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.
Delusi iniada tiga macam, yakni:
a.       Delusi persekusi
            Menganggap adanya keadaan yang jelek disekitarnya.
b.      Delusi keagungan
Menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang di sekitarnya sebagai orang-orang yang tidak penting. Akhirnya semua orang menjauhi juga. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi. Yang jelas akibatnya sama, ialah dijauhi semua orang.
c.       Delusi melancholis
Merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium tremens, hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak berkuasa lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
Contoh:
            Mang cecep orang kampong pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu tak dapat dijawab, mulutnya gementar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya. Untung saja ia tak jaut pingsan.

4.      Histeria
            Ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
Contoh:
a.       Neneng seorang gadis yang cukup manis. Pada suatu hari ia melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk dihatinya, dan setibanya di rumah dia berteriak histeris.
b.      Ketika ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengeuk pintu, mengucap salam. Dijawabnya dan keluarlah ia. Di luar, kagetlah ia melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain. Ibu itu langsung bertanya siapa itu ?” Itu, bukan kang Bakri ! Semua yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan. (Film rang-orang laut).


5.      Halusianasi
            Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan panca indra. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan Sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakaian obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang-orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri).
Contoh:
a.       Pada suatu hari saya diajak teman saya yang bernama Nuradi pergi ke rumah orang yang dapat menyebutkan siapa yang mencuri TV nya. Prewangan itu namanya Mbah Umi. Setelah Mbah Umi makan bunga mawar, kemudian berbicara dengan suara yang agak berbeda, entah suara itu dibuat-buat atau benar-benar suara yang timbul sebelumnya.
b.      Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah makin hebat minumnya. Setelah ia mabuk biasanya ia mengoceh (berbicara tidak menentu).

6.  Kompulasi
            Kompulasi ialah keragu-ragu yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali (Neurose).

Contoh:
a.       Keinginan untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (Kleptomania)
b.      Keinginan minum-minuman keras. Orang itu bukan pmabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya (dispemania).


7. Keadaan Emosi
            Dalam keadaan tertentu seseorang sangat terpengaruh oleh emosinya. Ia sampai pada keseluruhan pribadinya : gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dank arena itu dilepaskan di dalam gerakan-gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, dsb. Jelas kepada kita orang yang demikian itu tidak mungkin dapat berfikir dengan tenang dan dengan baik.
            Untuk mengatasi atau untuk menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu dicari penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya tetap masih sakit, penderita perlu diajak pergi atau pergi sendiri ke spikolog.
            Untuk menghadapi kegelisahan biasanya dengan menggunakan sikap positif yang bias berlaku umum ini akan berwujud tindakan-tindakan yang sangat dianjurkan, yaitu meliputi:
1.            Hadapi dan rencanakan segala kemungkinan problema yang timbul dan sikap yang dibayangkan akan terjadi, sampai pada yang sejelek mungkin.
2.            Susunlah persiapan cara-cara menghadapinya beserta pemecahannya.
3.            Mendeteksi sebanyak mungkin tentang hal-hal yang menyebabkan gelisah termasuk didalamnya; sebab-sebab dan problemanya.
4.            Hadapilah dengan tabah kegelisahan beserta sebab-sebab dan problemanya dan bersiap sedia.
5.            Jika mampu meskipun mungkin tidak dapat secara spontan hilangkanlah sebab-sebab kegelisahan yang ada.
6.            Ajaklah orang lain bekerja sama dalam mengatasi kegelisahan ini paling tidak untuk ikut memikirkan atau memberi perhatian atau memahami keadaan sadar.





KESIMPULAN

1.      Kegelisahan timbul karena perbuatan manusia sendiri
2.      Bentuk-bentuk kegelisahan:
a.                          Keterasingan
b.               Kesepian
c.                          Ketidakpastian
3.      Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada 3, yaitu:
a.                          Kecemasan kenyataan
b.               Kecemasan neurotic (saraf)
c.                          Kecemasan moral
4.      Sebab-sebab keterasingan bersumber pada:
a.                          Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
b.               Sikap rendah diri
5.      Macam-macam keterasingan:
a.                          Keterasingan karena cacat fisik
b.               Keterasingan karena social ekonomi
c.                          Keterasingan karena rendah pendidikan
d.                         Keterasingan karena perbuatannya
6.      Untuk mengatasi keterasingan kita perlu kesadaran yang tinggi.
7.      Macam-macam kretidakpastian:
a.  Obsesi
b. Phobia
c.  Delusi
d.  Hysteria
e.  Halusinasi
f.  Kompuisi
g. Keadaan emosi


DAFTAR PUSTAKA

Notowidagdo Rohiman H. 2002. Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetya Tri Joko Drs, dkk (Anggota IKAPI), 1998, Ilmu Budaya Dasar (lengkap). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djoko Widagdo Drs, dkk, 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

IBD MINGGU 12 MANUSIA DAN KEGELISAHAN



  MANUSIA DAN KEGELISAHAN
PENDAHULUAN

            Semua manusia mempunyai kegelisahan . pada prinsipnya, manusia merupakan makhluk yang di arahkan oleh motivasi dan cita-citanya. Hamper semua tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai usaha untuk memuaskan hasrat biologis mereka. Tetapi tujuan itu sering sulit atau bahkan kemungkinan kecil untnk dicapai.
            Pada hakekatnya, kegelisahan menunjukkan pada motivasi yang terhalang dan dalam kedaan tak terpuaskan.
            Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, dan sebagainya. Dan tidak jarang akibat kegelisahan seseorang,sekaligus membuat oran lain menjadi korban.
            Suasana yang tidak pasti ( kegelisahan ) dalam kasus di ats dapat terlihat pada pertanyaan, “ apa benar Bapak itu menyeleweng? “. Orang bertanya demikian karena memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan Bapak itu sehari-hari sebagai orang baik-baik, suka menolong, hidup sedrhana, dan tidak berlebih-lebihan.
            Disamping itu didalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang dapat membantu menumbuhkan sakinah dalam jiwa, menghilangkan keresahan hati, menghilangkan kenangan pahit dan sekaligus menghimbau untuk menggapai segala problema kehidupan masa depan dengan jiwa yang tenang dan mantap.












A. KEGELISAHAN
1.Pengertian Kegelisahan
            Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminto, gelisah artinya tidak tentram hatinya,selalu merasa khawatir; tidak dapat tenang dalam hidupnya; cemas. Jadi, kegelisahan adalah gejala universal, ada pada manusia dimana saja.
            Kegelisahan timbul karena perbuatan manusia sendiri atau karena keadaan dari luar lingkungan manusia sendiri, yang memberi pengaruh psikologis, yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.
            Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Tragedy dunia modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil dan seterusnya kegelisahan dalam konteks budaya dapatkah dikatakan sebagai akibat adanya instik manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya mencari kesempurnaan.
            Alasan mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa:
a.       Keterasingan
b.      Kesepian, dan
c.       Ketidakpastian
            Perasaan seseorang yang sedang gelisah ialah hatinyatidak tentram, merasa khawatir,cemas, takut, dsb..   
            Untuk mengatasi kegeisahan ini, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, taqwa dan amal shaleh. Seperti Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya dan orang-oran yang dalamhartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak bisa meminta, ......... (QS. Al-Ma’arij, 70: 18-27).
Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1.      Kecemasan kenyataan (obyektif)
      Contohnya: Anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit, dsb.
2.      Kecemasan neurotic (saraf)
            Kecemasan ini timbul karena pengamtan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a.       Kecemsan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri sehingga menekan dan menguasai ego.
b.      Rasa takut irrasional atau phobia. Rasa takut ini sudah menular, sehingga kadang-kadang tanpa alas an dan hanya karena pandangan saja. Yang kemudian dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :
Orang takut ular, takut binatang berbulu, dsb.
c.       Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya.
Contoh :
-          Seorang yang tak bisa bernyanyi atau bicara didepan umum, maka ia gelisah dan hilang keseimbangan.
-          Penyesuaian diri dengan lingkungan
3.      Kecemasan moral
            Hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri dan sebagainya.
Contoh :
Datuk meringgi iri melihat kemajuan usaha bagindo sulaiman. Hatinya selalu gelisah, takut usahanya akan mati, kalah bersaing. Karena itu ia selalu menyuruh orang agar membakar took Bagindo sulaiman.

1.      Sebab-sebab Orang Gelisah
            Sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut akan kehilangan hak-haknya.
Kata ishak, “Hak artinya perintah atau segala ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Al-Qur’an”.
            Kalau hak bersifat abstrak, maka hak dalam Al-Qur’an diberi bobot khusus, karena salah satu nama Allah SWT adalah Al-Haq.
Seperti dalamAl-Qur’an :
“Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah. Tuhan penguasa yang Haq (QS.Al-Ana’am : 62).
Dan Firman-Nya:
“Sekiranya al-Haq mengikuti hawa nafsu mereka niscaya langit dan bumi jadi rusak”
Banyak orang berfikir bahwa kegelisahaan, merupakan keadaaan yang tidak “diinginkan”. Tetapi para ahli jiwa berfikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup manusia, atau sebagai “kawan akrab” yang memberi stimulus kepada tingkah laku manusia. Kegelisahan yang terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia, lingkungan dimana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.

Kegelisahan dan kompleksitas manusia
            Motif-motif perbuatan yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat mencapai pemuasan dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu terjadi dalam keadaan ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang berbeda-beda bersaing satu sama lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan disusul dengan datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif kehidupan manusia mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat dipuaskan, tetapi ada juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan bahkan bila perlu motif itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan kegelisahan.

Kegelisahan dan Kondisi Lingkungan
            Pemuasan yang menyeluruh pada saat motif juga hamper tidak mungkin sebab tujuan motif itu hanya biasa di capai menyeluruh jika sesuai dengan apa yang tersedia dilingkungan kita. Pada lingkungan tertentu makanan mungkin tak tersedia untuk memuaskan rasa lapar, karena orang itu tidak mampu membelinya, atau kawan-kawan orang itu tidak memperhatikannya atau mengaguminya yang dapat digunakan untuk memuaskan keinginan akan status, keakraban, cinta dan sebagainya.
            Hal di atas itu mengajarkan kepada kita bahwa beberapa motif lebih penting dari lainnya karena cukup sulit untuk dicapai atau motif itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Dalam kehidupan kita perkara makan dan minum bukanlah perkara yang sulit, karena makanan dan minuman cukup tersedia pada kita walau ala kadarnya.

2.      Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan
            Usaha-usaha mengatasi kegelisahan pertama-tama harus mulai dari diri sendiri, yaitu harus bersifat tenang, sabar dan iman kepada Allah.
Firman Allah :
“Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah. 2:155)”.
Didalam Al-Qur’an Alah SWT memberi petunjuk-petunjuk do’a yang baik untuk dibaca guna memohonkesabaran. Do’a memohon kesabaran hati serta keteguhan pendirian dan pertolongan Allah SWT dalam menghadapi cobaan dan orang kafir.
Firman Allah SWT:
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami,dan tolonglah kami dari orang-orang kafir” (QS. Al-Baqarah, 2:250).
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu”. (QS. Al-A’raf, 7:126)



DAFTAR PUSTAKA
Notowidagdo Rohiman H. 2002. Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetya Tri Joko Drs, dkk (Anggota IKAPI), 1998, Ilmu Budaya Dasar (lengkap). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djoko Widagdo Drs, dkk, 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.