B. KETERASINGAN
1. Pengertian Keterasingan
Keterangan
berasal dari kata “terasing” dan kata itu dari kata dasar “asing”
berarti “sendirian, tidak dikenal orang”. Terasing berarti “disisishkan
dari pergaulan”.
Jadi,
keterasingan berate hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkannya
seseorang dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari orang lain.
Terasing
atau keterasingan adalah merupakan bagian hidup manusia terhadap kaum
mukmin yang sedang berada ditemat pengasingan, jauh dari tanah airnya,
yang belum pernah ia lihat sebelumnya, Allah SWT memberikan kesejukan
hatinya dengan menunjukkan kiblat shalatnya.
Seperti Firman-Nya:
“Dan
kepunyaan Allah-Lah timur dan barat maka kemanapun kamu menghadap
disitulah wajah Allah (kekuasaan Allah meliputi seluruh alam).
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS.
Al-Baqarah, 2:115)
Hamparan
bumi yang luas adalah tempat bagi orang-orang mukmin untuk menyembah
kepada Allah SWT. Karena dialah zat yang berhak disembah disetiap tempat
berbagai penjuru dunia.
2. Sebab-sebab Keterasingan
Orang
hidup dalam keterasingan, pertama sifat-sifat atau sikap yang tidak
dapat diterima dan kedua karena perbuatannya. Jadi keduanya juga karena
perbuatan hanya berbeda sifatnya.
Bila kita simpulkan, kedua sebab hidup keterasingan itu bersumber pada:
1. Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Perbuatan itu antara lain: mencuri, bersikap angkuh, sombong atau kaku.
2. Sikap rendah diri
Sikap
yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah dan
suka berkelahi. Sikap seperti ini, sebab takut terjadi konflik batin
ataupun konflik fisik karena hal merupakan perbuatan anak kecil.
Sikap
ini juga disebut sikap minder. Bukan orang lain yang memandang dirinya
rendah, tetapi justru dirinya sendiri. Sikap rendah diri itu ada
sebab-sebabnya, mungkin cacat fisik, karena sosial ekonominya, rendah
pendidikannya dank arena perbuatannya.
a. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat
fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing karena cacat fisik itu
kehendak Tuhan. Namun manusia, lain jalan pikirannya, merasa malu
anaknya atau cucunya yang cacat fisik, maka disingkirkan anak tersebut
dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
Seperti
halnya dalam film “Detik-detik menyentuh kasih” seorang kakek malu
melihat cucunya lahir dalam keadaan cacat kakinya, ia berusaha membunuh
bayi itu dengan cara perlahan-lahan. Tetapi ibunya yang mengandung 9
bulan dengan penuh kasih saying, dengan diam-diam membawa lari anaknya
ke sebuah desa jauh dari jauh dari pergaulan ramai.
Anaknya
di didik diajar membaca, menulis, berhitung dan ternyata anak tersebut
mempunyai daya tangkap yang luar biasa. Dengan kaki buatan, ia dapat
bersekolah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan akhirnya anak yang
telah dewasa itu berhasil menjadi penulis yang baik.
b. Keterasingan karena social ekonomi
Ekonomi
kuat atau lemah adalah anugrahtuhan. Orang tidak boleh membanggakan
kekayaan, tetapi orang tidak boleh merasa rendah diri karena keadaan
ekonomi yang sangat rendah. Namun didalam kenyataan lain keadaanya.
Orang-orang yang lemah ekonominya sering kali merasa rendah diri, akibat
orang-orang yang kaya sering membanggakan kekayaanya, meskipun tidak
disengaja.
Seperti
halnya dalam roman “Dian yang tidak kunjun padam karya st.Alisyahbana”,
setelah cintanya kepada Molek ditolak oleh orang tua Molek R. Mahmud
dan Cik Siti: Yasin mengasingkan diri dari pergaulan. R. Mahmud
beranggapan bahwa selain rendah martabatnya juga miskin. Oleh karena
merasa diri hanya sebagi penjual nanas, Yasin kecewa, ddan
menyembunyikan diri sebagai pertapa. Ia muncul pada waktu Molek
meninggal dunia. Yasin bekerja dengan giat, mengangkut air, dan
menyediakan barang yang diperlukan untuk pemakaman Molek. Molek
meninggal akibat putus asa, kecewa atas perbuatan suaminya, Sayid
Mustafa keturunan Arab pilihan orang tuanya,
c. Keterasingan karena rendah pendidikan
Dalam
pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman
biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena serba sulit menempatkan
diri.
d. keterasingan karena perbuatannya
Orang
terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya
sempit, bila nampak orang ingin mukanya ditutupi. Itu semua adalah
akibat dari perbuaannya yang tidak bias diterima oleh masyarakat
lingkungannya.
3. Usaha-Usaha untuk Mengatasi Keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi
juga karena rendah diri, perbuatan yang melanggar norma hukum. Pada
hakikatnya sikap sombong, angkuh, kaku, rasa rendah diri orang takut
kehilangan hsknya. Untuk mengatasi keterasingan ini perlu kesadaran yang
tinggi’ Orang yang bersikap disadarkan, karerna apa yang mereka lakukan
dianggapnya sudah benar semua.
C. KESEPIAN
1. Pengertian Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyilengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kenderaan, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Misalnya:
Setelah tembakan gencar itu berhenti, tampak Jalanan sepi. Orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
Setiap
orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup
manusia. Lama atau sebentar, perasaan kesepian ini bergantung kepada
mental orang dan kasus penyebabnya.
2. Sebab-sebab Terjadinya Kesepian
Bermacam-macam
penyewbab terjadinya kesepian, frustasi pun dapat mengakibatkan
kesepian yang bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam
keadaan sepi, tidaksuka bergaul,ia kebih senang hidup sendiri.
Kesepian
itu akibat keterasingan dan keterasingan akibat sikap sombong, angkuh,
keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan.
Kesepian
juga disebabkan karena takut kehilangan hak nama baik. Nama baik
merupakan harapan setiap orang. Bahkan orang takut matidemi menjaga nama
baik. Meskipun sudah berhati-hati menjaganya mungkin juga oranng masih
berbuat salah, sehingga cemar nama baiknya. Untuk ini, sering kali yang
bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri, akibatnya kesepian.
D.. KETIDAKPASTIAN
1.Pengertian Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya), apa yang dipikirkannya tidak searah. Itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi.
Ketidakpastian
adalah bagian dari hidup manusia. Ketidakpastian atau ketidaktentuan
adalah bagian hidup. Setiap orang pernah mengalaminya, Bahkan anak
kecilpun pernah mengalaminya.
Misalnya:
Ketika
anak kecil ditinggalkan ibunya,ia menangis kebingungan.K ebingungan itu
menunjukkan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan
induknya.
· Sebab-sebab Terjadinya Ketidakpastian
Orang
yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, logis
ataupun mengambil kesimpulan. Dalam berpikir ia selalu menerima
rangsangan (stimu.lus) dari luar, sehingga jalan pikirannya menjadi
kacau. Kalaupun ia dapat berpiki baik, akan memakan waktu yang cukup
lama dan sukar. Mereka menampakkan tanda-tanda obsesi, fobia/phobia,
delusi, gerakan-gerakan gemetar (buyuten),kehilangan pengertian
(aparia), kehilangan kemampuan untuk menangkap sesuatu (agnesia).
Menurut Siti Meichati dalam bukunya kesehatan mental adda beberapa sebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti.
Sebab-sebab itu ialah sebagai berikut:
1.Obsesi
Obsesi adalah gejala neurose
jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus,
biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab yang tak
diketahui oleh penderita. Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin
menjatuhkan kita’
Contoh:
a. Seorang kepala bagian suatu instansi karena kurang mampu bekerja selalu mempunyai ingatan pihak yang ingin menjatuhkannya.
b. Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya
yang bingin menjatuhkannya. Pikirannya itu tidak hilang, tetapi justru
menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi.
2. Phobia
Phobia
adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan, tidak normal, kepada
suatu hal atau kejadian, tanpa diketahii sebab-sebabnya.
Contoh:
a. Orang
yang takut kepada tempat yang tinggi. Secara tidak disengaja, jalan
naik tak terasa, sampai atas, ia takut luar biasa (Acrophobia)
b. Ada
pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada
suatu hari dirumahnya ada pencuri, iaberteriak sehingga tetangga
disekitarnya berlari datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul
puluhan orang. Herannya justru gemetaran, pucat, ketakutan luar biasa (Ochlophobia)
Orang yang dilanda ketakutan itu tidak dapat berfikir, pikirannya tidak pasti tidak menentu.
3. Delusi
Menunjukkan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyainan palsu.
Tidak dapat memakai akal sehat. Tidak ada dasar kenyataan dan tidak
sesuai dengan pengalaman.
Delusi iniada tiga macam, yakni:
a. Delusi persekusi
Menganggap adanya keadaan yang jelek disekitarnya.
b. Delusi keagungan
Menganggap
dirinya orang penting dan besar. Orang seperti itu biasanya gila
hormat. Menganggap orang di sekitarnya sebagai orang-orang yang tidak
penting. Akhirnya semua orang menjauhi juga. Jadi, hampir sama dengan
delusi persekusi. Yang jelas akibatnya sama, ialah dijauhi semua orang.
c. Delusi melancholis
Merasa
dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten
atau dikenal dengan nama delirium tremens, hilangnya kesadaran dan
menyebabkan otot-otot tak berkuasa lagi. Ia kehilangan ingatannya sama
sekali. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan
mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
Contoh:
Mang
cecep orang kampong pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk
diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, keringat dingin mengucur,
ditanya ini itu tak dapat dijawab, mulutnya gementar. Akhirnya jaksa tak
memperoleh kesaksian apa-apa darinya. Untung saja ia tak jaut pingsan.
4. Histeria
Ialah
neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan,
pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai
diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
Contoh:
a. Neneng
seorang gadis yang cukup manis. Pada suatu hari ia melihat pacarnya
berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa
cemburu berkecamuk dihatinya, dan setibanya di rumah dia berteriak
histeris.
b. Ketika
ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengeuk
pintu, mengucap salam. Dijawabnya dan keluarlah ia. Di luar, kagetlah ia
melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain. Ibu itu
langsung bertanya siapa itu ?” Itu, bukan kang Bakri ! Semua yang
ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan. (Film
rang-orang laut).
5. Halusianasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan panca indra. Seperti para prewangan
(medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan Sugesti
diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat
dialami oleh orang mabuk atau pemakaian obat bius. Kadang-kadang karena
halusinasi orang-orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap
dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam
perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri).
Contoh:
a. Pada
suatu hari saya diajak teman saya yang bernama Nuradi pergi ke rumah
orang yang dapat menyebutkan siapa yang mencuri TV nya. Prewangan itu
namanya Mbah Umi. Setelah Mbah Umi makan bunga mawar, kemudian berbicara
dengan suara yang agak berbeda, entah suara itu dibuat-buat atau
benar-benar suara yang timbul sebelumnya.
b. Atang
memang seorang peminum. Bila sedang marah makin hebat minumnya. Setelah
ia mabuk biasanya ia mengoceh (berbicara tidak menentu).
6. Kompulasi
Kompulasi
ialah keragu-ragu yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakan,
sehingga ada dorongan yang tak disadari untuk selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali (Neurose).
Contoh:
a. Keinginan
untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tak
bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia
(Kleptomania)
b. Keinginan
minum-minuman keras. Orang itu bukan pmabuk, tetapi bila dilanda
pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya
(dispemania).
7. Keadaan Emosi
Dalam
keadaan tertentu seseorang sangat terpengaruh oleh emosinya. Ia sampai
pada keseluruhan pribadinya : gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing,
muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya
dapat apatis atau terlalu gembira dank arena itu dilepaskan di dalam
gerakan-gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini
dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat,
gelisah, dsb. Jelas kepada kita orang yang demikian itu tidak mungkin
dapat berfikir dengan tenang dan dengan baik.
Untuk
mengatasi atau untuk menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu dicari
penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya tetap masih sakit,
penderita perlu diajak pergi atau pergi sendiri ke spikolog.
Untuk
menghadapi kegelisahan biasanya dengan menggunakan sikap positif yang
bias berlaku umum ini akan berwujud tindakan-tindakan yang sangat
dianjurkan, yaitu meliputi:
1. Hadapi
dan rencanakan segala kemungkinan problema yang timbul dan sikap yang
dibayangkan akan terjadi, sampai pada yang sejelek mungkin.
2. Susunlah persiapan cara-cara menghadapinya beserta pemecahannya.
3. Mendeteksi sebanyak mungkin tentang hal-hal yang menyebabkan gelisah termasuk didalamnya; sebab-sebab dan problemanya.
4. Hadapilah dengan tabah kegelisahan beserta sebab-sebab dan problemanya dan bersiap sedia.
5. Jika mampu meskipun mungkin tidak dapat secara spontan hilangkanlah sebab-sebab kegelisahan yang ada.
6. Ajaklah
orang lain bekerja sama dalam mengatasi kegelisahan ini paling tidak
untuk ikut memikirkan atau memberi perhatian atau memahami keadaan
sadar.
KESIMPULAN
1. Kegelisahan timbul karena perbuatan manusia sendiri
2. Bentuk-bentuk kegelisahan:
a. Keterasingan
b. Kesepian
c. Ketidakpastian
3. Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada 3, yaitu:
a. Kecemasan kenyataan
b. Kecemasan neurotic (saraf)
c. Kecemasan moral
4. Sebab-sebab keterasingan bersumber pada:
a. Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
b. Sikap rendah diri
5. Macam-macam keterasingan:
a. Keterasingan karena cacat fisik
b. Keterasingan karena social ekonomi
c. Keterasingan karena rendah pendidikan
d. Keterasingan karena perbuatannya
6. Untuk mengatasi keterasingan kita perlu kesadaran yang tinggi.
7. Macam-macam kretidakpastian:
a. Obsesi
b. Phobia
c. Delusi
d. Hysteria
e. Halusinasi
f. Kompuisi
g. Keadaan emosi
DAFTAR PUSTAKA
Notowidagdo Rohiman H. 2002. Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetya Tri Joko Drs, dkk (Anggota IKAPI), 1998, Ilmu Budaya Dasar (lengkap). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djoko Widagdo Drs, dkk, 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar